A.
Latar
Belakang
Desa Labuan Beropa merupakan salah
satu desa yang berada di pesisir bagian barat wilayah Kecamatan Laonti,
Kabupaten Konawe Selatan. Desa labuan Beropa memiliki berbagai
macam sumber daya alam khususnya di daerah pesisir, terdapat beberapa jenis
mangrove, dan terdapat hamparan padang lamun dan hamparan Terumbu karang di
sepanjang pesisir dusun Baho yang telah lama dijaga oleh masyarakat setempat, Dengan
adanya keanekaragaman biota laut yang berasosiasi dengan bentuk dan warna yang
beraneka ragam. Salah satu biota yang mencolok di terumbu karang dan nampak
dalam berbagai ukuran, bentuk dan warna adalah spons.
Spons merupakan salah satu sumber daya laut yang berpotensi untuk dijadikan bahan baku obat.
Pemanfaatan spons laut sebagai bahan baku obat, sekarang
ini cenderung semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan pengumpulan
spesimen untuk pemanfaatan tersebut secara tidak langsung juga mengalami
peningkatan.
Callysponsia
aerizusa merupakan salah satu jenis spons yang dapat
menghasilkan senyawa bioaktif yaitu Callyaerin B, S dan juga dapat berguna
sebagai anti kanker (Ibrahim and Sabrin, 2005). Mengingat pentingnya sumberdaya
spons ini maka upaya konservasi dan pengelolaannya harus segera di lakukan
adalah upaya konservasi khususnya dengan melakuakan transplantasi spons dengan
cara pencangkokan spons pada media keras. Namun upaya ini masih jarang di
lakukan.
Akan tetapi dalam pelaksanaanya,
kegiatan transplantasi spons biasanya dibatasi oleh waktu yang digunakan dalam
pemasangan bibit hingga di tempatkan pada lokasi penanaman bibit spons
transplantasi, khususnya pada kegiatan transplantasi yang dilaksanakan di darat
(proyek transplantasi skala besar). Dari permasalahan tersebut dipandang
penting untuk dilakukan penelitian tentang berapa lama waktu optimal yang dibuthkan
dalam pelaksanan transplantasi khususnya yang pelaksanaannya di atas permukaan
air/udara terbuka yang masih dapat menunjang tingkat kelangsungan hidup spons
transplantasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar