BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Paragraf Jurnalistik
Lima ciri atau karakteristik
paragraf sebagai berikut:
2.1.1 Memiliki Satu Ide Pokok
Setiap paragraf mengandung makna,
pesan, pikiran, atau ide pokok yang relevan dengan ide pokok keseluruhan
karangan. Sebuah paragraph jurnalistik yang baik hanya memiliki satu gagasan
pokok dalam keseluruhan kalimat. Gagasan pokok itu bisa ditempatkan pada awal
paragraf (paragraf deduktif), bisa pada akhir peragraf (paragraf induktif),
tapi sedikit sekali yang ditempatkan pada tengah paragraf.
2.1.2 Dibangun Oleh Sejumlah Kalimat
Umumnya paragraf dibangun oleh
sejumlah kalimat. Namun tidak ada ketentuan baku yang menentukan apakah
paragraf jurnalistik yang baik harus terdiri atas satu kalimat, dua-tiga
kalimat, empat-lima kalimat, atau lebih. Panjang pendeknya paragraf ditentukan
oleh pertimbangan latar belekang pembaca dan faktor isi atau sifat media yang
dipilih. Betapa demikian, sebuah paragraf umumnya dibangun oleh kalimat yang panjang pendeknya variatif.
Artinya ada kalimat yang cukup panjang, tetapi ada pula kalimat yg pendek dan
bahkan hanya terdiri atas satu kata.
2.1.3 Kesatuan Ekspresi Pikiran
Paragraf adalah satu kesatuan
ekspresi pikiran. Ada pakar bahasa yang mengatakan, bahwa sebuah kalimat hanya
memunculkan satu ide pokok atau satu gagasan pikiran. Karena baru sebatas satu
gagasan atau ide, maka kalimat dapat digolongkan ke dalam apa yang disebut
wacana. Menurut para pakar bahasa, paragraf sesungguhnya merupakan satuan
terkecil dari sebuah wacana. Disebut satuan terkecil, karena pada paragraf
sudah terdapat adanya satu kesatuan ekspresi pikiran dan perasaan mengenai
gagasan sentral apa yang ingin disampaikan penulis atau jurnalis kepada
khalayak pembaca, pendengar atau pemirsa.
2.1.4 Kesatuan Koheren dan Padat
Paragraf adalah kesatuan yang
koheren dan padat. Kesatuan sebuah paragraf jurnalistik bukan hanya terletak
pada bentuknya sebagai kumpulan kalimat yang ditandai dengan penulisan awal
paragraf yang menjorok ke dalam 5-7 ketukan, melainkan juga pada kepaduan
materi isi dan gagasannya.
2.1.5 Logis dan Sistematis
Paragraf jurnalistik yang baik,
disusun secara tertib, teratur, dan merujuk kepada kaidah logika. Artinya
bentuk dan makna paragraf itu dapat diterima oleh pertimbangan akal sehat (common sense).
2.2
Fungsi Paragraf Jurnalistik
Sebuah paragraph memiliki empat
fungsi sebagai berikut:
2.2.1 Penampung Ide Pokok
Fungsi paragraf jurnalistik secara
teknis ialah menampung ide pokok yang hendak disampaikan penulis atau jurnalis
kepada pembaca, pendengar, atau pemirsa. Hanya dengan menampung dan
mengelompokkan uraian-uraian ide pokok dalam satu paragraph yang ringkas,
seorang penulis atau jurnalis akan mudah menyusun dan menyampaikan isi pikiran
dan perasaannya secara logis dan sistematis ke dalam berbagai bentuk karya
jurnalistik seperti tajuk rencana, berita, atau bahkan feature.
2.2.2 Memudahkan Pemahaman Jalan Pikiran
Kita dapat mengetahui jalan pikiran
penulis atau jurnalis, dengan cara menyimak kata demi kata, dan kalimat demi
kalimat yang terdapat dalam satuan-satuan paragraph pada karya-karya
jurnalistik yang ditulis dan disajikannya dalam media massa. Jika jalan pikiran
penulis atau jurnalis konsisten, beraturan, tidak meloncat-loncat, maka dapat
dipastikan karya jurnalistik yang disusunnya termasuk efektif dan komnikatif.
Tetapi sebaliknya bila jalan pikiran penulis atau jurnalis tidak konsisten,
tidak beraturan, meloncat-loncat, maka sudah dapat dipastikan karya jurnalistik
yang disusunnya termasuk tidak efektif, tidak komunikatif, dan bahkan mungkin
bertentangan dengan kaidah tata bahasa jurnalistik baku.
2.2.3 Melahirkan Jalan Pikiran Sistematis
Jurnalistik yang menulis untuk media
massa, harus mampu melahirkan karya-karya jurnalistik bermutu tinggi. Karya
jurnalistik bermutu tinggi antara lain dapat dilihat dan diperiksa pada jalan
pikiran yang muncul dalam setiap kalimat dan paragraf jurnalistik yang
ditulisnya. Ia akan merujuk dan mengikuti pola tertentu, misalnya pola deduktif
atau pola induktif.
Paragraf pola deduktif adalah
paragraf yang didahului dengan kalimat pokok, kemudian disusul dengan kalimat
pengembang dan penjelas. Sedangkan paragraf pola induktif adalah paragraf yang
dimulai dengan kalimat penjelas dilanjutkan dengan kalimat pengembang dan
kalimat penegas.
2.2.4 Mengarahkan Pembaca Ikuti Alur Penulis
Seorang penulis atau jurnalistik
yang baik, akan megarahkan, memandu, sekaligus mengikat pikiran dan perasaan
pembaca, pendengar, atau pemirsanya untuk hanya mengikuti jejak langkahnya.
Namun tentu saja, dalam proses mengikuti alur penulis atau jurnalis itu,
pembaca tidak boleh merasa lelah atau dibuat lelah, merasa bingung atau dibuat bingung. Pembaca harus
merasa senamg dan dibuat senang.
2.3
Kualitas Paragraf Jurnalistik
Kriteria penilaian sangat diperlukan
sebagai rujukan dasar bagi para penulis dan jurnalis ketika menulis dan
menyajikan karya-karya jurnalistik kepada khalayak pembaca, pendengar, atau
pemirsa dengan secepat-cepatnya.
Menurut seorang pakar bahasa,
criteria kualitas paragraf menunjuk kepada enam hal dan ditambahkan lagi oleh
seorang pakar sebanyak tiga sehingga jumlahnya menjadi Sembilan sebagai
berikut:
2.3.1
Satu Hal Saja
Paragraph jurnalistik yang baik
hanya memusatkan bahasan pada satu hal atau satu ide saja.
2.3.2
Relevan
Relevan artinya berkaitan atau
sesuai dengan pokok bahasan. Tidak menyimpang dari topik. Paragraf yang baik
harus mencerminkan keseluruhan isi paparan karya jurnalistik yang disusun dan
disajikan oleh penulis atau jurnalis (Sumadiria, 2004:31). Paragraf yang tidak
relevan artinya paragraf yang menyimpang dari pokok bahasan serta tidak
mencerminkan judul yang telah ditetapkan, hanya akan menyesatkan perhatian khalayak
pembaca, pendengar, atau pemirsa.
2.3.3
Menyatu dan Padu
Paragraph jurnalistik harus memenuhi
prinsip kesatuan (unity) dan prinsip
pertautan (coherence). Prinsip
kesatuan mencakup tiga unsure: sifat, isi, dan tujuan. Artinya masalah apa pun
yang kita kupas dalam karya jurnalistik tidak boleh keluar dari koridor ini.
Kesatuan menekankan seluruh uraian berada dalam satu kesatuan dilihat dari
sifatnya, isinya, dan tujuannya. Sedangkan prinsip pertautan menunjukkan
tentang keharusan pesan yang kita uraikan mengalir lancer dari kalimat yang
satu ke kalimat yang lain, dan dari paragraf yang satu ke paragraf yang lain
(Sumadiria, 2005:60).
2.3.4
Jelas dan Sempurna
Kalimat utama yang terdapat di
kalimat jurnalistik harus dikembangkan dan diperinci dengan jelas dan sempurna.
Kalimat-kalimat yang ada dalam satu paragraf tidak boleh menunjukkan adanya
pertentangan dengan kalimat utama atau bahkan menegasikannya. Menegasikan
berarti menghilangkan eksistensi sekaligus menyelamatkan makna kalimat utama.
2.3.5
Harus Bervariasi
Paragraf jurnalistik harus variatif.
Ini syarat mutlak dan tidak bias
ditawar-tawar lagi. Variasi pada paragraph jurnalistik terletak pada pilihan
kata atau diksi, penempatan frasa atau klausa, penempatan panjang pendeknya
kalimat atau paragraph, penentuan kalimat efektif, dan tentu saja pemilihan
gaya bahasa. Dengan sentuhan di sana sini secara tekstur, maka setiap karya
jurnalistik akan tampil memikat dan memuaskan khalayak pembeca, pendengar, atau
pemirsa. Jadi jauh sekali dari kesan monoton ser a menjemukan.
2.3.6
Benar dan Baik
Bahasa jurnalistik merujuk sekaligus
tunduk kepada kaidah bahasa baku. Pertama, bahasa jurnalistik harus benar
menurut kaidah tata bahasa. Kedua, bahasa jurnalistik juga harus baik menurut
pertimbangan situasi dan kondisi sosiologis, psikologis, dan etis. Jadi, mohon
tidak terbalik dengan mengatakan bahasa yang baik dan benar. Ini pandangan
keliru yang sudah saatnya diluruskan. Pemakaian bahasa pertama-tama harus benar
dulu menurut kaidah atau hukum bahasa. Setelah benar, barulah bahasa itu harus
baik menurut pertimbangan-pertimbangan tertentu. Bahasa yang benar sifatnya
objektif, sedangkan bahasa yang baik sifatnya subjektif.
2.3.7
Singkat dan Padat
Paragraf jurnalistik selain
disyaratkan bervariasi dan tunduk kepada kaidah tata bahasa baku, juga wajib
disajikan secara singkat dan padat. Singkat berarti hanya menggunakan kata-kata
yang penting, terukur, fungsional. Singkat yang demikian bias diartikan tidak
boros kata-kata, seperlunya saja dan mengutamakan prinsip kehematan. Singkat
juga berarti tidak menyebabkan khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa,
kehilangan banyak waktu berharga untuk menyimak karya jurnalistik kita.
Sedangkan padat berarti sarat informasi. Sebaliknya tidak setiap paragraf yang
mengandung banyak informasi tersajikan dalam paragraf-paragraf singkat.
2.3.8
Logis dan Sistematis
Semua uraian yang terdapat dalam
paragraf jurnalistik harus logis. Logis berarti dapat diterima menurut
pertimbangan akal sehat (common sense).
Kelogisan itu juga tersaji secara sistematis. Sistematis berarti deretan kata
dan kalimat yang terdapat dalam setiap paragraf jurnalistik, tertata dengan
baik, runtut, bagaiakan aliran air sungai dari hulu ke hilir.
2.3.9
Memiliki Karakter Khas
Setiap orang punya gaya, penampilan,
dan karakter kepribadian masing-masing. Karakter itulah yang kemudian
memberikan identitas berbeda kepada setiap individu. Artinya identitas
seseorang terbentuk karena sosok penampilan dan kepribadiannya. Begitu pula
dengan karya-karya jurnalistik, harus memiliki karakter tertentu.
Karakter itu hanya muncul dalam
paragraf-paragraf jurnalistik apabila kita sebagai penulis atau jurnalis, sejak
awal memiliki dan mengembangkan karakter atau gaya penulisan yang khas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar