Rabu, 06 Juni 2012

PARAGRAF JURNALISTIK


BAB 2
PEMBAHASAN
2.1  Karakteristik Paragraf Jurnalistik
            Lima ciri atau karakteristik paragraf sebagai berikut:
2.1.1  Memiliki Satu Ide Pokok
            Setiap paragraf mengandung makna, pesan, pikiran, atau ide pokok yang relevan dengan ide pokok keseluruhan karangan. Sebuah paragraph jurnalistik yang baik hanya memiliki satu gagasan pokok dalam keseluruhan kalimat. Gagasan pokok itu bisa ditempatkan pada awal paragraf (paragraf deduktif), bisa pada akhir peragraf (paragraf induktif), tapi sedikit sekali yang ditempatkan pada tengah paragraf.
2.1.2  Dibangun Oleh Sejumlah Kalimat
            Umumnya paragraf dibangun oleh sejumlah kalimat. Namun tidak ada ketentuan baku yang menentukan apakah paragraf jurnalistik yang baik harus terdiri atas satu kalimat, dua-tiga kalimat, empat-lima kalimat, atau lebih. Panjang pendeknya paragraf ditentukan oleh pertimbangan latar belekang pembaca dan faktor isi atau sifat media yang dipilih. Betapa demikian, sebuah paragraf umumnya dibangun  oleh kalimat yang panjang pendeknya variatif. Artinya ada kalimat yang cukup panjang, tetapi ada pula kalimat yg pendek dan bahkan hanya terdiri atas satu kata.
2.1.3  Kesatuan Ekspresi Pikiran
            Paragraf adalah satu kesatuan ekspresi pikiran. Ada pakar bahasa yang mengatakan, bahwa sebuah kalimat hanya memunculkan satu ide pokok atau satu gagasan pikiran. Karena baru sebatas satu gagasan atau ide, maka kalimat dapat digolongkan ke dalam apa yang disebut wacana. Menurut para pakar bahasa, paragraf sesungguhnya merupakan satuan terkecil dari sebuah wacana. Disebut satuan terkecil, karena pada paragraf sudah terdapat adanya satu kesatuan ekspresi pikiran dan perasaan mengenai gagasan sentral apa yang ingin disampaikan penulis atau jurnalis kepada khalayak pembaca, pendengar atau pemirsa.
2.1.4  Kesatuan Koheren dan Padat
            Paragraf adalah kesatuan yang koheren dan padat. Kesatuan sebuah paragraf jurnalistik bukan hanya terletak pada bentuknya sebagai kumpulan kalimat yang ditandai dengan penulisan awal paragraf yang menjorok ke dalam 5-7 ketukan, melainkan juga pada kepaduan materi isi dan gagasannya.
2.1.5  Logis dan Sistematis
            Paragraf jurnalistik yang baik, disusun secara tertib, teratur, dan merujuk kepada kaidah logika. Artinya bentuk dan makna paragraf itu dapat diterima oleh pertimbangan akal sehat (common sense).
2.2 Fungsi Paragraf Jurnalistik
            Sebuah paragraph memiliki empat fungsi sebagai berikut:
2.2.1  Penampung Ide Pokok
Fungsi paragraf jurnalistik secara teknis ialah menampung ide pokok yang hendak disampaikan penulis atau jurnalis kepada pembaca, pendengar, atau pemirsa. Hanya dengan menampung dan mengelompokkan uraian-uraian ide pokok dalam satu paragraph yang ringkas, seorang penulis atau jurnalis akan mudah menyusun dan menyampaikan isi pikiran dan perasaannya secara logis dan sistematis ke dalam berbagai bentuk karya jurnalistik seperti tajuk rencana, berita, atau bahkan feature.
2.2.2  Memudahkan Pemahaman Jalan Pikiran
            Kita dapat mengetahui jalan pikiran penulis atau jurnalis, dengan cara menyimak kata demi kata, dan kalimat demi kalimat yang terdapat dalam satuan-satuan paragraph pada karya-karya jurnalistik yang ditulis dan disajikannya dalam media massa. Jika jalan pikiran penulis atau jurnalis konsisten, beraturan, tidak meloncat-loncat, maka dapat dipastikan karya jurnalistik yang disusunnya termasuk efektif dan komnikatif. Tetapi sebaliknya bila jalan pikiran penulis atau jurnalis tidak konsisten, tidak beraturan, meloncat-loncat, maka sudah dapat dipastikan karya jurnalistik yang disusunnya termasuk tidak efektif, tidak komunikatif, dan bahkan mungkin bertentangan dengan kaidah tata bahasa jurnalistik baku.
2.2.3  Melahirkan Jalan Pikiran Sistematis
            Jurnalistik yang menulis untuk media massa, harus mampu melahirkan karya-karya jurnalistik bermutu tinggi. Karya jurnalistik bermutu tinggi antara lain dapat dilihat dan diperiksa pada jalan pikiran yang muncul dalam setiap kalimat dan paragraf jurnalistik yang ditulisnya. Ia akan merujuk dan mengikuti pola tertentu, misalnya pola deduktif atau pola induktif.
            Paragraf pola deduktif adalah paragraf yang didahului dengan kalimat pokok, kemudian disusul dengan kalimat pengembang dan penjelas. Sedangkan paragraf pola induktif adalah paragraf yang dimulai dengan kalimat penjelas dilanjutkan dengan kalimat pengembang dan kalimat penegas.
2.2.4  Mengarahkan Pembaca Ikuti Alur Penulis
            Seorang penulis atau jurnalistik yang baik, akan megarahkan, memandu, sekaligus mengikat pikiran dan perasaan pembaca, pendengar, atau pemirsanya untuk hanya mengikuti jejak langkahnya. Namun tentu saja, dalam proses mengikuti alur penulis atau jurnalis itu, pembaca tidak boleh merasa lelah atau dibuat lelah,  merasa bingung atau dibuat bingung. Pembaca harus merasa senamg dan dibuat senang.
2.3 Kualitas Paragraf Jurnalistik
            Kriteria penilaian sangat diperlukan sebagai rujukan dasar bagi para penulis dan jurnalis ketika menulis dan menyajikan karya-karya jurnalistik kepada khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa dengan secepat-cepatnya.
            Menurut seorang pakar bahasa, criteria kualitas paragraf menunjuk kepada enam hal dan ditambahkan lagi oleh seorang pakar sebanyak tiga sehingga jumlahnya menjadi Sembilan sebagai berikut:
2.3.1 Satu Hal Saja
            Paragraph jurnalistik yang baik hanya memusatkan bahasan pada satu hal atau satu ide saja.
2.3.2 Relevan
            Relevan artinya berkaitan atau sesuai dengan pokok bahasan. Tidak menyimpang dari topik. Paragraf yang baik harus mencerminkan keseluruhan isi paparan karya jurnalistik yang disusun dan disajikan oleh penulis atau jurnalis (Sumadiria, 2004:31). Paragraf yang tidak relevan artinya paragraf yang menyimpang dari pokok bahasan serta tidak mencerminkan judul yang telah ditetapkan, hanya akan menyesatkan perhatian khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa.
2.3.3 Menyatu dan Padu
            Paragraph jurnalistik harus memenuhi prinsip kesatuan (unity) dan prinsip pertautan (coherence). Prinsip kesatuan mencakup tiga unsure: sifat, isi, dan tujuan. Artinya masalah apa pun yang kita kupas dalam karya jurnalistik tidak boleh keluar dari koridor ini. Kesatuan menekankan seluruh uraian berada dalam satu kesatuan dilihat dari sifatnya, isinya, dan tujuannya. Sedangkan prinsip pertautan menunjukkan tentang keharusan pesan yang kita uraikan mengalir lancer dari kalimat yang satu ke kalimat yang lain, dan dari paragraf yang satu ke paragraf yang lain (Sumadiria, 2005:60).
2.3.4 Jelas dan Sempurna
            Kalimat utama yang terdapat di kalimat jurnalistik harus dikembangkan dan diperinci dengan jelas dan sempurna. Kalimat-kalimat yang ada dalam satu paragraf tidak boleh menunjukkan adanya pertentangan dengan kalimat utama atau bahkan menegasikannya. Menegasikan berarti menghilangkan eksistensi sekaligus menyelamatkan makna kalimat utama.
2.3.5 Harus Bervariasi
            Paragraf jurnalistik harus variatif. Ini  syarat mutlak dan tidak bias ditawar-tawar lagi. Variasi pada paragraph jurnalistik terletak pada pilihan kata atau diksi, penempatan frasa atau klausa, penempatan panjang pendeknya kalimat atau paragraph, penentuan kalimat efektif, dan tentu saja pemilihan gaya bahasa. Dengan sentuhan di sana sini secara tekstur, maka setiap karya jurnalistik akan tampil memikat dan memuaskan khalayak pembeca, pendengar, atau pemirsa. Jadi jauh sekali dari kesan monoton ser a menjemukan.
2.3.6 Benar dan Baik
            Bahasa jurnalistik merujuk sekaligus tunduk kepada kaidah bahasa baku. Pertama, bahasa jurnalistik harus benar menurut kaidah tata bahasa. Kedua, bahasa jurnalistik juga harus baik menurut pertimbangan situasi dan kondisi sosiologis, psikologis, dan etis. Jadi, mohon tidak terbalik dengan mengatakan bahasa yang baik dan benar. Ini pandangan keliru yang sudah saatnya diluruskan. Pemakaian bahasa pertama-tama harus benar dulu menurut kaidah atau hukum bahasa. Setelah benar, barulah bahasa itu harus baik menurut pertimbangan-pertimbangan tertentu. Bahasa yang benar sifatnya objektif, sedangkan bahasa yang baik sifatnya subjektif.
2.3.7 Singkat dan Padat
            Paragraf jurnalistik selain disyaratkan bervariasi dan tunduk kepada kaidah tata bahasa baku, juga wajib disajikan secara singkat dan padat. Singkat berarti hanya menggunakan kata-kata yang penting, terukur, fungsional. Singkat yang demikian bias diartikan tidak boros kata-kata, seperlunya saja dan mengutamakan prinsip kehematan. Singkat juga berarti tidak menyebabkan khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa, kehilangan banyak waktu berharga untuk menyimak karya jurnalistik kita. Sedangkan padat berarti sarat informasi. Sebaliknya tidak setiap paragraf yang mengandung banyak informasi tersajikan dalam paragraf-paragraf singkat.
2.3.8 Logis dan Sistematis
            Semua uraian yang terdapat dalam paragraf jurnalistik harus logis. Logis berarti dapat diterima menurut pertimbangan akal sehat (common sense). Kelogisan itu juga tersaji secara sistematis. Sistematis berarti deretan kata dan kalimat yang terdapat dalam setiap paragraf jurnalistik, tertata dengan baik, runtut, bagaiakan aliran air sungai dari hulu ke hilir.
2.3.9 Memiliki Karakter Khas
            Setiap orang punya gaya, penampilan, dan karakter kepribadian masing-masing. Karakter itulah yang kemudian memberikan identitas berbeda kepada setiap individu. Artinya identitas seseorang terbentuk karena sosok penampilan dan kepribadiannya. Begitu pula dengan karya-karya jurnalistik, harus memiliki karakter tertentu.
            Karakter itu hanya muncul dalam paragraf-paragraf jurnalistik apabila kita sebagai penulis atau jurnalis, sejak awal memiliki dan mengembangkan karakter atau gaya penulisan yang khas. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar