Rabu, 06 Juni 2012

PUISI LAMA


PUISI LAMA
            Puisi adalah ungkapan imajinatif yang dirangkai dengan irama dan memperhatikan pemaknaan. Jauh sebelum kita mengenal puisi kontemporer masa kini, dulu puisi telah banyak dibuat dengan berbagai bentuk dan kaidah, yaitu puisi lama. Puisi lama berbeda dengan puisi baru. Menurut Alisjahbana puisi lama adalah bagian dari kebudayaan lama yang dipancarkan oleh masyarakat lama.
Macam-macam puisi lama antara lain:
1.      Pantun                                     5. Karmina
2.      Syair                                        6. Talibun
3.      Gurindam                               
4.      Seloka
Berikut adalah penjelasannya
1.        Pantun
Dalam pembelajaran ini, anda akan berlatih memahami dan menulis puisi dengan mengetahui puisi lama. Salah satu puisi lama adalah pantun. Pantun merupakan puisi lama yang terdiri atas empat baris dan bersajak a-b-a-b yang biasa dipakai masyarakat untuk menyampaikan sesuatu. Pantun memiliki ciri-ciri tertentu yang terkait dengan kaidah bait, rima, irama.
            Agar lebih jalas, perhatikan ciri-ciri pantun berikut:
1.        Memilki empat baris, di mana dua baris berisi sampiran dan dua baris merupakan isi;
2.        Antara baris ke-1, 2, 3, dan 4 berpola a, b, a, b;
3.        Setipa baris terdiri antara 8 sampai 12 suku kata;
4.        Setiap baris terdiri dari empat kata.

Agar lebih jelas, perhatikanlah bagian-bagian pantun berikut.
 Kata 1  Kata 2  Kata 3 Kata 4
Baris ke-1         Kalaulah aku punya jimat                  (a) ......Sampiran
Baris ke-2         Tentulah aku pandai berburuh           (b) ......Sampiran
Baris ke-3         Kamu pasti murid selamat                 (a) ......Isi
Baris ke-4         Dengan patuhi perintah guru             (b) ......Isi
Adapun untuk menghitung jumlah kata, anda dapat memenggal suku kata yang ada dalam pantun tersebut. Jumlah suku kata dalam pantun terdiri atas 8-10 suku kata. Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah pemenggalan suku kata pada pantun berikut.

Ka-lay-lah/ a-ku/ pu-nya/ ji-mat ...... 9 suku kata
Ten-tu-lah/ a-ku/ pan –dai/ ber-bu-ru ...... 10 suku kata
Ka-mu/ pas-ti/ mu-rid/ se-la-mat ...... 9 suku kata
De-ngan/ pa-tu-hi/ pe-rin-tah/ gu-ru ...... 10 suku kata

     Dari isinya, pantun dibedakan dalam beberapa macam, yakni pantun anak-anak, pantun nasihat, dan pantun muda-mudi.

2.        Syair
Menurut para ahli, syair masuk ke Indonesia (Melayu) bersamaan dengan masuknya agama Islam. Syair adalah puisi lama yang terdiri atas empat baris dan bersajak aaaa. Bentuk syair paling tua dalam sejarah kesusastraan Indonesia adalah sebuah syair berbentuk doa yang tertera di sebuah nisan raja Minye Tujoh, Aceh, Syair tersebut menggunakan bahasa campuran, yaitu bahasa Melayu Kuno, Sansekerta, dan Arab.
 Ciri-ciri syair adalah sebagai berikut:
a.         Terdiri atas empat larik (baris) tiap bait;
b.        Setiap bait memberi arti sebagai satu kesatuan;
c.         Semua baris merupakan isi (dalam syair tidak ada sampiran);
d.        Sajak akhir tiap baris selalu sama(aa-aa);
e.         Jumlah suku kata tiap baris hampir sama (biasanya 8-12 suku kata);
f.         Isi syair berupa nasihat, petuah.
Contoh:
            Diriku hina amatlah malang
            Padi ditanam tumbuhlah lalang
            Puyuh di sangkar jadi belalang
            Ayam ditambat disambar elang
3.        Talibun
Talibun termasuk pantun juga, tetapi memiliki jumlah baris tiap bait lebih dari empat baris. Misalnya enam, delapan, sepuluh talibun juga mempunyai sampiran dan isi.
Contoh :
Kalau pandai berkain panjang--------sampiran
Lebih baik kain sarung---------sampiran
Jika pandai memakainya---------sampiran
Kalau pandai berinduk semang--------isi
Lebih umpama bundang kandung---------isi
Jikan pandai memba
wakannya---------isi

4.        Seloka
Seloka disebut pula pantun berbingkai. Kalimat pada baris ke-2 dan ke-4 pada bait pertama datang kembali pengucapannya pada kalimat ke-1 dan ke-3 pada bait kedua. Contoh :

Pasang berdua bunyikan tabuh-------baris 1
Anak gadis berkain merah--------baris ke 2
Supaya cedera jangan tumbuh--------baris 3
Mulut manis kecindan murah---------baris 4

5.        Gurindam
Gurindam terdiri atas dua baris dalm setiap bait. Kedua baris ini berupa isi, berumus a-a, dan merupakan nasihat atau sindiran. Pengarang gurindam yang terkenal, yaitu Raja Ali Haji yang mengarang Gurindam Dua Belas.
Contoh
                        Gurindam Pasal 9
            Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan
            Bukanlah manusia itulah syaitan
           
            Kejahatan seorang perempuan tua
            Itulah iblis punya penggawa
           
            Kepada segala hamba-hamba raja
            Di situlah syaitan tempatnya manja
6.        Karmina
Bentuk karmina seperti pantun tetapi barisnya pendek, yaitu hanya terdiri atas dua baris. Dengan demikian, karmina sering disebut sebagai pantun kilat atau pantun singkat. Karmina biasanya digunakan untuk menyampaikan suatu sindiran atau ungkapan secara langsung.
Adapun ciri-ciri karmina adalah sebagai berikut:
a.         Memiliki larik sampiran (satu larik pertama);
b.        Memiliki jeda larik yang ditandai oleh koma(,);
c.         Bersajak lurus (a-a);
d.        Larik kedua merupakan isi (biasanya berupa sindiran);
Contoh:
            Dahulu parang, sekarang besi
            Dahulu sayang, sekarang benci
            Banyak udang, banyak garam
            Banyak orang, banyak ragam
            Sudah gaharu, cendana pula
            Sudah tahu, bertanya pula

Bait, Irama, dan Rima
1. Bait
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bait adalah satu kesatuan dalam puisi yang terdiri atas beberapa baris. Fungsi bait adalah membagi puisi menjadi bab-bab pendek.
2. Irama
Irama, yakni paduan bunyi yang menimbulkan unsur musikalitas, baik berupa alunan tinggi-rendah, panjang-pendek, dan kuat-lemah yang keseluruhannya mampu menumbuhkan kemerduan, kesan suasana, serta nuansa makna tertentu. Timbulnya irama itu, selain akibat penataan rima, juga akibat pemberian aksentuasi dan intonasi maupun tempo sewaktu melaksanakan pembacaan secara oral.
3. Rima
Rima adalah bunyi yang berselang atau berulang, baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik-larik puisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar